Lapran Praktikum Hari/Tanggal :
Selasa, 17 September 2013
Biokimia Umum Waktu
: 08.00-11.00 WIB
PJP : Popi Asri Kurniatin, Msi, A.pt
Asisten
: 1. Andal
Yakinudin
2. Nur
Fitriani M.
3. RiskiWulan Sari
BIOFISIK I
(BOBOT JENIS, TEGANGAN PERMUKAAN, DAN EMULSI)
Kelompok VI A
Mida Laela
Pisema G34120033
Warsih G34120065
Iis Setiana G34120092
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Pendahuluan
Bobot
jenis merupakan rasio massa dari suatu benda atau zat dengan massa air pada
volume atau temperature yang sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis
yaitu suhu dan konsentrasi. Tegangan permukaan
adalah gaya persatuan panjang yang harus dikerjakan sejajar permukaan untuk
mengimbangi gaya tarikan ke dalam pada cairan. Hal ini disebabkan oleh gaya
adhesi (antara cairan dan udara) lebih kecil dari pada gaya khohesi antara
molekul cairan sehingga menyebabkan terjadinya gaya ke dalam pada permukaan
cairan (Giancoli dan Douglas 2001). Molekul-molekul cairan memberikan
gaya tarik satu dengan yang lainnya. Terdapat gaya total yang besarnya nol pada
molekul di dalam volume cairan, tetapi molekul permukaan ditarik ke dalam
volume. Sehingga cairan cenderung memperkecil luas permukaannya, hanya dengan
meregang lapisan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
tegangan permukaan suatu cairan diantaranya: konsentrasi zat, jenis zat, suhu, dan zat terlarut. Cairan yang memiliki
gaya tarik menarik antara molekulnya besar, maka tegangan permukaan juga besar.
Tegangan permukaan cairan turun bila suhu naik (Young 2002).
Emulsi
(Emulsion) adalah suatu sistem koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya
berupa cairan, gas atau padatan. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat atau
lebih yang tidak dapat bercampur,
biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi
menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil,
butir – butir ini bergabung (koalesen) dan membentuk dua lapisan yaitu air dan
minyak yang terpisah yang dibantu oleh zat pengemulsi (emulgator) yang
merupakan komponen yang paling penting untuk memperoleh emulsi yang stabil. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan
komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil.
Beberapa bahan kimia alami dapat digunakan sebagai emulglator, seperti gelatin,
pektin, kuning telur, albumin, dan madu alam. Bahan kimia sintetis seperti
sabun dan deterjen dapat juga dipakai untuk maksud yang sama. Emulsi dapat dibedakan menjadi emulsi minyak dalam
air (O/W) dan emulsi air dalam minyak (W/O) berdasarkan medium pendispersi dan
zat terdispersinya. Air merupakan molekul yang memiliki gugus polar sedangkan
minyak merupakan zat yang memiliki gugus non polar. Perbedaan ini menyebabkan
keduanya tidak bisa menyatu karena gugus polar hanya bisa bersatu dengan gugus
polar (Hartomo
& Widiatmoko 1993).
Tujuan
Praktikum
ini bertujuan agar praktikan mampu menentukan bobot jenis suatu larutan,
mengamati perbadaan tegangan permukaan pada berbagai jenis larutan, mengamati
perbadaan sifat berbagai jenis emulsi.
Metode Penelitian
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini
berupa densitometer, gelas piala, termometer, gelas arloji, jarum, pipet,
tabung reaksi, timbangan, mortar, mikroskop. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah akuades, NaCl 0.3%, NaCl 0.9%, NaCl 5%, glukosa 5%, air kelapa, air
kran, larutan albumin 1%, urin, air sungai, larutan detergen, NaCl 2%, alkohol,
minyak mineral dan air sabun.
Prosedur Percobaan
Prosedur
pengukuran bobot jenis sangat sederhana. Densitometer di masukkan ke dalam
cairan (akuades, NaCl 0.3%, NaCl 0.9%, NaCl 5%, glukosa 5%, air kelapa, air
kran, larutan albumin 1% dan urin) yang sebelumnya telah diukur suhunya. Suhu
alat (densitometer) dan skala yang tertera dalam pengukuran masing-masing
cairan dicatat dan dihitung dengan rumus koreksi. Prosedur percobaan tegangan
permukaan. Tegangan permukaan cairan alamiah, jarum dimasukkan ke dalam gelas
arloji yang kemudian diisi dengan masing-masing cairan yang tersedia (air
kelapa, akuades, cairan empedu, air sungai dan larutan detergen). Kedudukan
jarum dalam masing-masing jarum diamati, apakah tenggelam, melayang tau
terapung. Jumlah tetesan dan tegangan permukaan, masing-masing cairan (NaCl 2%,
alkohol, minyak mineral dan air sabun) dipipet sebanyak 1-2 mL. jumlah tetesan
yang keluar dari masing-masing cairan dicatat dan dibandingkan dengan cairan
lainnya. Pengamatan jenis emulsi dilakukan dengan minyak kelapa dengan air,
minyak kelapa dengan sabun, dan minyak kelapa dengan gum arab. Masing-masing
percobaan diberi perlakuan (dikocok) untuk dilihat apakah emulsinya stabil atau
tidak dan ditentukan jenis emulsi O/W atau W/O.
Data dan Hasil Pengamatan
Tabel
1 Bobot jenis larutan alamiah
Jenis larutan
|
T alat
(ºC)
|
T larutan
(ºC)
|
BJ ukur
(g/mL)
|
FK
|
BJ terkoreksi
(g/mL)
|
Akuades
NaCl 0.3%
NaCl 0.9%
NaCl 5%
Glukosa 5%
Air kelapa
Air kran
Lr. albumin 1%
Urin
|
20
20
20
20
20
20
20
20
20
|
27
27
27,1
27,5
27
26,5
26
25
28
|
1,002
1,008
1,010
1,034
1,020
1,018
1.002
1,006
1,026
|
2
2
3
3
2
2
2
3
4
|
1,004
1,010
1,013
1,037
1,022
1,020
1.004
1,009
1,030
|
Contoh perhitungan :
BJ
akuades = = 2,3
FK=2, maka BJ terkoreksi = 1,002 + 0,002 = 1,004.
Tabel
2 Tegangan permukaan cairan alamiah
No
|
Jenis cairan
|
Jumlah tetesan
|
Jenis Larutan Pengamatan
|
1
2
3
4
5
|
Akuades
NaCl 20%
Air sabun
Minyak
Alkohol
|
27
39
53
66
83
|
Air kelapa Mengapung
Air sungai
Mengapung
Ampedu
Mengapung
Detergen
Tenggelam
Akuades
Mengapung
|
Tabel
3 Data pengamatan berbagai emulsi
Emulsi
Pengamatan
|
Minyak
+ Air
|
Minyak
+ sabun
|
Minyak +
Gum arab
|
E.Alamiah
(Susu)
|
E.Industri
(Margarin)
|
Kestabilan
Tipe
emulsi
Md.terdispersi
Md.pendispersi
|
-
W/O
Air
Minyak
|
+
O/W
Minyak
Lr. sabun
|
+
W/O
Gum
Minyak
|
+
O/W
As.Lemak
Air
|
+
W/O
Air
Minyak
|
Keterangan : ( - ) =
tidak stabil dan ( + ) = stabil
Pembahasan
Bobot
jenis suatu larutan bergantung pada
jumlah zat yang terlarut dalam larutan tersebut. Hasil pengukuran bobot jenis menunjukkan
bahwa bobot yang paling besar adalah NaCl 5% dan yang paling kecil adalah
akuades dan air kran. Jika di bandingkan dengan NaCl 0,3% dan NaCl 0,9
%, NaCl 5 % memiliki bobot jenis yang
lebih besar diantara ketiganya. Hal ini dikarenakan NaCl 5% memiliki
konsentrasi yang terbesar diantara semua NaCl. Semakin besar konsentrasi
senyawa suatu larutan, maka semakin besar pula berat jenis larutan tersebut,
ini sesuai dengan teori yang ada. Selain itu jika akuades dan air kelapa
dibandingkan bobotnya tidak sebesar NaCl karena akuades tidak mengandung
zat-zat terlarut atau sangat sedikit zat terlarutnya, sehingga konsentrasi
larutannya rendah. Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut menunjukkan bahwa jumlah zat
terlarut semakin banyak, sehingga bobot jenisnya tinggi. Sebaliknya, semakin
rendah konsentrasi zat terlarut menunjukkan bahwa zat terlarut sedikit,
sehingga bobot jenis larutan rendah. Pengukuran bobot jenis urine dilakukan
dengan menggunakan urinometer. Bobot jenis urin setiap manusia berbeda-beda.
Faktor yang mempengaruhi perbedaan berat jenis urin adalah jumlah relatif air,
makanan yang di konsumsi, dan zat terlarut yang tersedia untuk eksresi
(McPherson & Sacher 2004). Zat terlarut dapat berupa garam-garam dan urea
serta setiap konstituen yg abnormal (Brooker 2001). Bobot jenis normal urin
manusia adalah 1,010-1,025 (Carpenito
2009). Kemampuan ginjal memekatkan urin yaitu dari 1,001-1,035. Urin manusia
paling pekat didapatkan pada saat bangun tidur karena biasanya kekurangan air
saat tidur (McPherson & Sacher 2004). Bila urin encer, maka akan berwarna
pucat dan bobot jenisnya rendah dan bila urin pekat, maka akan berwarna gelap
dan bobot jenisnya tinggi (Brooker 2001).
Tegangan permukaan karena karena
adanya interaksi antar molekul larutan sehingga memberikan daya tolak untuk
mempertahankan luas permukaan. Percobaan jumlah tetesan menunjukan tetesan yang
paling banyak adalah pada minyak tanah, alkohol dan air sabun. Hal ini terjadi
karena tegangan permukaan zat cair tersebut rendah sehingga jumlah tetesan yang
dihasilkan tinggi. Sedangkan pada akuades dan NaCl 2% jumlah tetesan tidak
terlalu banyak ini disebabkan tegangan permukaan pada akuades dan NaCl tinggi
sehingga daya tolak untuk mempertahankan luas permukaan tinggi jadi jumlah
tetesan yang dihasilkan larutan ini rendah, selain itu disebabkan
molekul-molekul yang terdapat pada air dan NaCl berinteraksi lebih kuat yang
mengakibatkan tiap tetes yang dihasilkan lebih besar, jadi jumlah tetesnya
rendah. Walaupun alkohol memiliki ikatan hidrogen, namun alkohol adalah cairan
yang mudah menguap, sehinggagayaantar molekulnya lemah, sedangkan sabun adalah
cairan yang menurunkan tegangan permukaan zat cair. Data ini menunjukan, bahwa
semakin besar tegangan permukaan suatu larutan maka semakin kuat permukaan
larutan memberikan gaya tolak atas bagi benda yang ada di atasnya. Ini terbukti
pada jarum yang diletakkan pada gelas arloji yang kemudian diberi cairan
akuades, air sungai dan air kelapa yang terlihat mengapung. Sedangkan jika
cairan di ganti dengan air sabun dan cairan empedu, jarum yang ada pada gelas
arloji tenggelam, karena cairan ini bersifat emulgator yang berfungsi
menurunkan tegangan permukan zat cair. Namun, pada percobaan ini jarum cairan
empedu terapung dan hanya pada air sabun yang tenggelam. Kemungkinan hal ini
terjadi karena saat pencucian gelas arloji kurang bersih sehingga ada
kemungkinan cairan empedu tercampur dengan larutan lain.
Konsistensi stabilitas
emulsi ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu nisbah fasa kontinyu (yang
menampung tetesan) terhadap fasa terdispersinya (tetesan) serta viskositas fasa
kontinyu (Hartomo & Widiatmoko 1993). Pada percobaan emulsi minyak dan air
digunakan sudan merah sebagai pewarna yang dapat berasosiasi dengan minyak
namun tidak dapat berasosiasi dengan air, sehingga sifat suatu emulsi dapat
ditentukan, apakah oil in water atau water in oil. Air dan minyak selamanya tidak akan
bisa menyatu, karena adanya
Struktur kimia sudan merah
perbedaan
tingkat polaritas. Air merupakan molekul yang memiliki gugus polar. Sedangkan
minyak merupakan zat yang memiliki gugus non polar. Perbedaan ini menyebabkan
keduanya tidak bisa menyatu, karena gugus polar hanya bisa bersatu dengan gugus
polar, sedangkan gugus non polar hanya bisa bersatu dengan gugus non polar.
Minyak kelapa dan air merupakan emulsi yang tidak stabil, namun ketika campuran
tersebut dikocok akan menjadi stabil beberapa saat. Pada emulsi ini minyak
kelapa dengan air, yang menjadi media pendispersinya adalah minyak kelapa,
sedangkan air sebagai zat terdispersi. Ketikan ditambah sudanmerah, sudanmerah
tercampur dengan minyak, sedangkan air tidak bias menyatu karena kepolarannya
berbeda. Sudanmerah berfungsi sebagai zat warna agar dapat membedakan cairan
minyak dengan air dan dapat menarik air. Emulsi diatas dinamakan emulsi tipe
W/O, karena air terdispersi dalam minyak. Sedangkan pada emulsi minyak kelapa
dengan air sabun membentuk emulsi yang lebih stabil Emulsi ini disebut emulsi
O/W ( minyak dalam air). Hal ini karena air sabun yang sebagai zat amfipatik
yang memiliki stuktur dua gugus yaitu hidofobik pada bagian ekor yang bersifat
non-polar dan hidrofilik pada bagian kepalanya yang bersifat polar. Sehingga bagian
non-polar akan bergabung dengan minyak yang kemudian bersama-sama bergabung
dengan air (McPherson
& Sacher 2004.).
Emulsi minyak kelapa dengan gum arab adalah emulsi yang
lebih stabil jika dibandingkan dengan kedua emulsi diatas, karena gum arab
berfungsi sebagai mengurangi tekanan permukaan (surface tension) air dan
stabilizer (emulsifier), zat yang dapat menstabilkan emulsi. Gum arab
dapat menjadi fosfolipida pengemulsi yang memiliki gugus hidrofilik dan
hidrofobik sehingga emulsi dapat stabil (Hartomo &
Widiatmoko 1993). Ketika dilihat di bawah mikroskop, molekul gum arab
terdispersi merata dalam media minyak. Gum arab adalah salah satu
produk getah (resin) yang dihasilkan dari
penyadapan getah pada batang tumbuhan legum (polong-polongan). Pengadukan
membuat ukuran partikel fasa minyak semakin kecil pada o/w sehingga dapat
terdisperdi dengan baik dalam air. Begitu pula pada w/o, ukuran partikel fasa
air semakin kecil sehingga dapat terdispersi dengan baik dalam minyak. Susu disebut juga sebagai emulsi
alamiah, fase terdispersi dari susu adalah asam lemak dan media pendispersinya
adalah air. Jadi tergolong emulsi O/W (minyak dalam air). Dalam susu terdapat
zat penstabil emulsi yang berupa protein kasein. Jika mengalami denaturasi maka
emulsi ini akan terlihat tidak stabil, dapat dibedakan minyak dan airnya,
keadaan ini yang disebut dengan susu pecah. Contoh lain dari emulsi alamiah
adalah santan dan lateks. Di samping emulsi alamiah terdapat pula emulsi
industri. Contoh dari emulsi industri yaitu margarin, dan minyak bumi. Fase
terdispersi pada margarin adalah air dan media pendispersinya adalah minyak,
sehingga dinamakan tipe emulsi W/O.
Simpulan
Bobot jenis setiap larutan berbeda-beda dan
bergantung jumlah zat yang terlarut dalam larutan tersebut. Semakin besar konsentrasi senyawa
suatu larutan menyebabkan semakin besar pula berat jenis larutan tersebut. Tegangan permukaan berbagai
larutan juga berbeda-beda, tergantung pada konsentrasi zat terlarut didalamnya.
Semakin besar tegangan permukaan
suatu larutan maka semakin kuat permukaan larutan memberikan gaya tolak atas
bagi benda yang ada di atasnya. Sifat emulsi terdiri dari dua macam, yaitu oil in water (O\W) dengan
minyak sebagai medium terdispersi dan air sebagai medium pendispersi, dan water
in oil (W\O) dengan air sebagai medium terdispersi dan minyak sebagai medium
pendispersi.
Daftar Pustaka
Brooker C. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Hartono A, Nutr
DA, penerjemah; Ester M, editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: The Nurse’s Pocket Dictionary. Ed ke-31.
Carpenito LG. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi pada Praktik
Klinis. Kadar KS, Eviriyani D, Yudha EK, Ester M, penerjemah; Mardella EA,
Issuryanti M, editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Nursing Diagnosis: Aplication to Clinical Practice. Ed ke-9.
Hartomo AJ, Widiatmoko MC. 1993. Emulsi dan Pangan Instan Ber-lesitin.
Yogyakarta (ID): ANDI OFFSET.
McPherson RA, Sacher RA. 2004. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan
laboratorium. Pendit BU, Wulandari D, penerjemah; Hartanto H, editor.
Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari:
Widmann’s Clinical Interpretation of Laboratory Tesis. Ed ke-11.
Young D, et al. 2002. Fisika
Universitas. Penerjemah: Endang. Tejemahan dari: Sears and Zemanshy
Univenty Physics.
thanks a lot kak
BalasHapusbtw saya fkh 53 kak