Cari Blog Ini

Laman

Senin, 23 September 2013

SISTEM STATUS DAN PELAPISAN MASYARAKAT SISTEM STATUS YANG BERUBAH


Praktikum ke-10                                                                                  Hari/tanggal    : Senin, 29 April 2013
MK Sosiologi Umum (KPM 130)                                Ruangan                      : 2.13

SISTEM STATUS DAN PELAPISAN MASYARAKAT SISTEM STATUS YANG BERUBAH
Runtuhnya Sistem Status Kolonial dalam Abad Kedua Puluh
W. F. Wertheim

SITUASI SOSIAL DUA KOMUNITAS DESA DI SULAWESI SELATAN
Mochtar Buchori dan Wiladi Budiharga

Iis Setiana/G34120092

Asisten        : 1. Bernardine Anita W.          / F24090072
 2. Pamila Adhi Annisa      / I14100064
 

Resume Bacaan 1

Sistem status bersendikan kelompok-kelompok suku bangsa, yang telah menyerahkan perdagangan kepada orang Timur Asing, tidak mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap pola kemasyarakatan sebagaimana keadaannya di Jawa. Kemakmuran kebendaan yang dicapai oleh banyak petani dan pedagang telah menyebabkan masyarakat berjuang untuk memperoleh suatu prestise sosial yang sama dengan yang dimiliki ketua adat dan menuntut mereka memopunyai hak kawin (ius connubii) dengan ketua-ketua adat. Keresahan di daerah petani bukan hanya pengaruh dari kemiskinan sebagai petani sebagai akibat dimobilisasikannya hak milik tanah, tetapi juga disebabkan karena perlawanan yang dilakukan para petani yang baru saja menjadi kaya terhadap struktur tradisional. Pemerintah biasanya bertindak bukan hanya sebagai pelindung dari kekuasaan tradisional para ketua adat, tetapi juga dari perkebunan-perkebunan barat. Selain dari ukuran keagamaan, kesejahteraan materi merupakan ukuran utama dalam menentukan prestise kemasyarakatan, lebih-lebih di daerah adat. Pendidikan juga mempunyai pengaruh dinamis si pulau-pulau luar Jawa, walaupun tidak sehebat di Jawa.
Bertambah meluasnya ekonomi uang dengan meningkatnya hubungan dengan Barat telah menyebabkan timbulnya lapangan pekerjaan baru. Kelas bumiputera yang baru mendobrak susunan masyarakat tradisional lama dan melakukan pengaruh yang bersifat individual. Namun di Jawa, pengaruh faktor ini seluruhnya terlindung oleh cara tradisional masyarakat. Pendidikan mempunyai pengaruh pula terhadap prestise kemasyarakatan, terutama kewibawaan orang tua. Pendidikan telah menciptakan suatu kelas baru kaum cendekiawan atau setengah yang menduduki posisi khusus dalam masyarakat dengan pengakuan resmi berupa ijazah. Pengetahuan bahasa juga telah terlibat dalam penentuan prestise kemasyarakatan. Tetapi kendatipun demikian,  usaha memburu ijasah juga membuat orang menjadi individualistis. Pendidikan juga telah bertindak sebagai dinamit terhadap sistem kasta kolonial. Persaingan tang semakin hebat dalam masyarakat menyebabkan para anggita kaum borjuis mempersatukan barisan untuk mencapai solidaritas kelompok.
Di pihak lain, di kalangan orang-orang Indonesia terdapat kecenderungan yang lebih besar untuk mengadakan persatuan dengan kesadaran bangsa yang semakin meningkat. Kaum wanita dan pemuda sering dapat meraih prestise sosial untuk diri mereka yang pada hakekatnya brtentangan dengan gagasan Indonesia tradisional. Orang Cina juga tidak lagi memegang monopoli dalam perdagangan. Banyak orang-orang Cina yang menurun derajat. Mereka mencari keselamatan diri dengan mengadakan solidaritas yang lebih kuat. Kedudukan istimewa orang Eropa dan Cina sebagaimana halnya dengan kaum bangsawan menjadi amat kurang stabil. Terdapat kecenderungan yang kuat ke arah sistem nilai baru berdasarkan kemakmuran individu dan kemampuan intelektual seseorang, tetapi pada umumnya masih ditahan, baik oleh sisa-sisa struktur feodal maupun kolonial.

Resume Bacaan 2

Terdapat tiga lapisan pokok dalam masyarakat di Desa Maricaya Selatan yaitu pertama, golongan penjabat dan kelompok profesional yang menduduki lapisan atas. Kedua, golongan ulama, pegawai dan pedagang yang menduduki lapisan menengah. Ketiga, golongan buruh yang menduduki lapisan bawah. Dilihat dari segi ekonominya, lapisan atas merupakan lapisan berekonomi mampu, lapisan menengah merupakan lapisan ekonomi menengah, dan lapisan bawah merupakan lapisan ekonomi miskin. Dilihat dari latar belakang pendidikan, lapisan atas merupakan kelompok homogen. Anak-anak yang tidak bersekolah atau tidak tamat SD kemungkinan anak dari lapisan bawah. Anak-anak yang lulus SD dan tidak meneruskan ke SLTP kemungkinan besar anak-anak dari para buruh dan pedagang kecil di lapisan menengah. Sedang anak-anak yang lulus SLTA dan meneruskan ke perguruan tinggi adalah anak-anak dari lapisan atas. Masyarakat lapisan atas mempunyai TV masing-masing keluarga, pada lapisan sedang ada yang memiliki dan ada yang tidak, sedangkan lapisan bawah tidak ada keluarga yang memiliki TV. Mayoritas penduduk Marica Selatan beragama Islam, sisanya Protestan, Katolik, Hindu dan Budha.
Dalam masyarakat Polewali juga terlihat adanya tiga lapisan masyarakat, yaitu pertama, lapisan atas yang terdiri dari ulama, pemangku adat dan pejabat. Kedua, lapisan menegah yang terdiri atas kaum pedagang, dan ketiga, lapisan bawah yang terdiri atas kaum buruh. Dilihat dari ekonomi, lapisan atas merupakan lapisan orang kaya, lapisan menengah merupakan golongan sedang, sedangkan lapisan bawah merupakan golongan miskin. Berdasarkan kekuasaan, kekuasaan ekonomi berada di tangan orang Bugis, politik di tangan orang Makassar, kepemimpinan dalam keagamaan dipegang oleh orang Bugis dan Makassar. Masyarakat lapisan atas mengikuti gaya hidup "modern" dengan kesan yang mewah, sedangkan lapisan menengah mengikuti gaya hidup sederhana. Bagi masyarakat lapisan masyarakat atas, haji merupakan suatu atribut keagamaan yang harus mereka beli untuk meningkatkan martabat sosial. Pada taraf perkembangan sekarang ini, masyarakat Polewali tampak sebagai suatu masyarakat yang lebih bersifat inward looking. Koran dan TV hanya dimiliki lapisan atas yang mengumpulkan simbol-simbol kemewahan "simbol-simbol modernitas".

Analisis Bacaan 1
  1. Dasar stratifikasi sosial

Point analisis
Penjelasan dan contoh
Dasar stratifikasi sosial
Ukuran kekayaan
Berdasarkan pendapatan, pendapatan orang Eropa   tertinggi, pendapatan orang Cina ditengah-tengah dan pendapatan orang Indonesia paling rendah.

Ukuran kekuasaan
Orang Eropa menguasai pemerintahan dan orang Cina menguasai perdagangan.
pada saat penjajahan,
Orang Belanda mempunyai kekuasaan untuk memonopoli perdagangan di lanjutkan oleh orang Cina, Arab dan Indo.

Ukuran kehormatan
Para pemuka adat, pemimpin agama, orang tua yang anaknya memperoleh pendidikan yang tinggi, serta cendekiawan merupakan lapisan atas.
Anak-anak para pemuka adat dan golongan atas mendapat kesempatan secara besar-besaran memperoleh fasilitas pendidikan

Ukuran ilmu-pengetahuan
Kaum cendekiawan yang memperoleh pendidikan merupakan lapisan tertinggi dalam masyarakat.
Orang-orang yang mendapatkan pendidikan dengan cara barat berkumpul dan mendapat pekerjaan di Jawa, orang yang memiliki keahlian baca tulis dapat menerima pendapatan yang relatif tinggi, orang pribumi yang mahir bahasa Belanda dijadikan tenaga administrasi pemerintah belanda.
Mobilitas sosial
1.Mobilitasosial horizontal
1.    Dimasukannya sejumlah kecil orang yang bekerja untuk pedagang lain ke dalam golongan yang lebih besar, yaitu orang yang bekerja di perdagangan, industri dan pengangkutan.
2.    Adanya perubahan status orang pribumi dari petani menjadi pedagang.
2. Mobilitas sosial vertikal
 a. Vertikal naik
 (social climbing)












b. Vertikal turun (social sinking)


1.    Diangkatnya orang-orang Indonesia menjadi pejabat yang tadinya merupakan hak istimewa orang Eropa.
2.    Para petani yang awalnya miskin baru saja menjadi kaya terhadap struktur tradisional.
3.    Para cendekiawan dan aristokrat membentuk suatu kelas 'priyayi baru yang akan menjadi lapisan tertinggi dalam masyarakat, orang yang memliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dalam masyarakat sehingga status sosialnya naik.

1. Melemahnya golongan Eropa dan menurunnya derajat orang Cina ke tingkat proleter.
2. Orang–orang cina yang awalnya memonopoli perdangan sekarang terdesak oleh orang eropa dan tidak menguasai perdagangan lagi.

Analisis Bacaan 2
Point analisis
Keterangan
Contoh
Desa Maricaya Selatan
Desa Polewali (semi urban)
Dasar stratifikasi sosoal
Ukuran kekayaan
Adanya lapisan berekonomi mampu (lapisan atas), lapisan ekonomi menengah (lapisan menengah), dan lapisan ekonomi miskin (lapisan bawah).
Adanya masyarakat golongan orang kaya (lapisan atas), golongan sedang (lapisan menengah), dan golongan miskin (lapisan bawah).

Ukuran kekuasaan
Masyarakat yang memilki kekayaan cenderung mempunyai kekuasaan yang lebih besar akibatnya masyarat golongan atas mempunyai kekuasaan yang lebih besar.
Kekuasaan ekonomi berada di tangan orang Bugis, politik di tangan orang Makassar, dan kepemimpinan dalam keagamaan dipegang oleh orang Bugis dan Makassar.

Ukuran kehormatan
Orang yang mendapat pendidikan dan gelar akan lebih di hormati.

Orang yang mempunyai barang-barang mewah yang di gunakan sebagai aspek simbolik akan lebih di hargai.

Ukuran ilmu pengetahuan
Anak-anak yang tidak bersekolah atau tidak tamat SD kemungkinan anak dari lapisan bawah. Anak-anak yang lulus SD dan tidak meneruskan ke SLTP kemungkinan besar anak-anak dari para buruh dan pedagang kecil di lapisan menengah. Sedang anak-anak yang lulus SLTA dan meneruskan ke perguruan tinggi adalah anak-anak dari lapisan atas.
pendidikan dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan tempat terhormat dalam kehidupan.
Mobilitas sosial
Dalam bacaan tidak di jelaskan secara langsung mobilitas yang terjadi. Namun jika dilihat dari komunitas Maciraya Selatan, golongan mayoritas mencoba menerobos dinding antar golongan sehingga terbentuk pola pergaulan akrab dengan golongan minoritas. Dan juga mereka melakukan pergaulan sosial yang bersifat antar golongan sehingga hal ini bisa menimbulkan mobilitas vertikal. Komunitas Polewali sendiri, dilihat dari segi pendidikannya, masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan agar mendapatkan tempat terhormat dalam kehidupan mereka di kemudian hari. Hali ini bisa menimbulkan mobilitas vertikal ke atas. Golongan menengah yang memperoleh pendidikan dan gelar mungkin berubah statunya menjadi golongan atas. Masyarakat golongan atas yang berfoya –foya mungkin akan jatuh miskin dan menempati posisi bawah.

Laporan Praktikum BIOFISIK I Biokimia



Lapran Praktikum                      Hari/Tanggal        : Selasa, 17 September 2013
Biokimia Umum                         Waktu                  : 08.00-11.00 WIB
                                                   PJP                       : Popi Asri Kurniatin, Msi, A.pt
                                                   Asisten                 : 1. Andal Yakinudin
                                                                                  2. Nur Fitriani M.
                                                                                  3. RiskiWulan Sari




BIOFISIK I
(BOBOT JENIS, TEGANGAN PERMUKAAN, DAN EMULSI)

Kelompok VI A
Mida Laela Pisema      G34120033
Warsih                         G34120065
Iis Setiana                   G34120092


images.jpg





DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Pendahuluan
Bobot jenis merupakan rasio massa dari suatu benda atau zat dengan massa air pada volume atau temperature yang sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis yaitu suhu dan konsentrasi. Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus dikerjakan sejajar permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan ke dalam pada cairan. Hal ini disebabkan oleh gaya adhesi (antara cairan dan udara) lebih kecil dari pada gaya khohesi antara molekul cairan sehingga menyebabkan terjadinya gaya ke dalam pada permukaan cairan (Giancoli dan Douglas 2001). Molekul-molekul cairan memberikan gaya tarik satu dengan yang lainnya. Terdapat gaya total yang besarnya nol pada molekul di dalam volume cairan, tetapi molekul permukaan ditarik ke dalam volume. Sehingga cairan cenderung memperkecil luas permukaannya, hanya dengan meregang lapisan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tegangan permukaan suatu cairan diantaranya: konsentrasi zat, jenis zat,  suhu, dan zat terlarut. Cairan yang memiliki gaya tarik menarik antara molekulnya besar, maka tegangan permukaan juga besar. Tegangan permukaan cairan turun bila suhu naik (Young 2002).
Emulsi (Emulsion) adalah suatu sistem koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya berupa cairan, gas atau padatan. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat atau lebih  yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir – butir ini bergabung (koalesen) dan membentuk dua lapisan yaitu air dan minyak yang terpisah yang dibantu oleh zat pengemulsi (emulgator)  yang merupakan komponen yang paling penting untuk memperoleh emulsi yang stabil. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil. Beberapa bahan kimia alami dapat digunakan sebagai emulglator, seperti gelatin, pektin, kuning telur, albumin, dan madu alam. Bahan kimia sintetis seperti sabun dan deterjen dapat juga dipakai untuk maksud yang sama. Emulsi dapat dibedakan menjadi emulsi minyak dalam air (O/W) dan emulsi air dalam minyak (W/O) berdasarkan medium pendispersi dan zat terdispersinya. Air merupakan molekul yang memiliki gugus polar sedangkan minyak merupakan zat yang memiliki gugus non polar. Perbedaan ini menyebabkan keduanya tidak bisa menyatu karena gugus polar hanya bisa bersatu dengan gugus polar (Hartomo & Widiatmoko 1993).

Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar praktikan mampu menentukan bobot jenis suatu larutan, mengamati perbadaan tegangan permukaan pada berbagai jenis larutan, mengamati perbadaan sifat berbagai jenis emulsi.

Metode Penelitian
Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini berupa densitometer, gelas piala, termometer, gelas arloji, jarum, pipet, tabung reaksi, timbangan, mortar, mikroskop. Sedangkan bahan yang digunakan adalah akuades, NaCl 0.3%, NaCl 0.9%, NaCl 5%, glukosa 5%, air kelapa, air kran, larutan albumin 1%, urin, air sungai, larutan detergen, NaCl 2%, alkohol, minyak mineral dan air sabun.

Prosedur Percobaan
            Prosedur pengukuran bobot jenis sangat sederhana. Densitometer di masukkan ke dalam cairan (akuades, NaCl 0.3%, NaCl 0.9%, NaCl 5%, glukosa 5%, air kelapa, air kran, larutan albumin 1% dan urin) yang sebelumnya telah diukur suhunya. Suhu alat (densitometer) dan skala yang tertera dalam pengukuran masing-masing cairan dicatat dan dihitung dengan rumus koreksi. Prosedur percobaan tegangan permukaan. Tegangan permukaan cairan alamiah, jarum dimasukkan ke dalam gelas arloji yang kemudian diisi dengan masing-masing cairan yang tersedia (air kelapa, akuades, cairan empedu, air sungai dan larutan detergen). Kedudukan jarum dalam masing-masing jarum diamati, apakah tenggelam, melayang tau terapung. Jumlah tetesan dan tegangan permukaan, masing-masing cairan (NaCl 2%, alkohol, minyak mineral dan air sabun) dipipet sebanyak 1-2 mL. jumlah tetesan yang keluar dari masing-masing cairan dicatat dan dibandingkan dengan cairan lainnya. Pengamatan jenis emulsi dilakukan dengan minyak kelapa dengan air, minyak kelapa dengan sabun, dan minyak kelapa dengan gum arab. Masing-masing percobaan diberi perlakuan (dikocok) untuk dilihat apakah emulsinya stabil atau tidak dan ditentukan jenis emulsi O/W atau W/O.

Data dan Hasil Pengamatan
Tabel 1 Bobot jenis larutan alamiah
Jenis larutan
T alat
(ºC)
T larutan
(ºC)
BJ ukur
(g/mL)
FK
BJ terkoreksi
(g/mL)
Akuades
NaCl 0.3%
NaCl 0.9%
NaCl 5%
Glukosa 5%
Air kelapa
Air kran
Lr. albumin 1%
Urin
20
20
20
20
20
20
20
20
20
27
27
27,1
27,5
27
26,5
26
25
28
1,002
1,008
1,010
1,034
1,020
1,018
1.002
1,006
1,026
2
2
3
3
2
2
2
3
4
1,004
1,010
1,013
1,037
1,022
1,020
1.004
1,009
1,030
       Contoh perhitungan :
       BJ akuades =  = 2,3  FK=2, maka BJ terkoreksi = 1,002 + 0,002 = 1,004.

Tabel 2 Tegangan permukaan cairan alamiah
No
Jenis cairan
Jumlah tetesan
Jenis Larutan                   Pengamatan
1
2
3
4
5
Akuades
NaCl 20%
Air sabun
Minyak
Alkohol
27
39
53
66                
83
  Air kelapa                      Mengapung
  Air sungai                      Mengapung
  Ampedu                         Mengapung
  Detergen                        Tenggelam
  Akuades                         Mengapung

Tabel 3 Data pengamatan berbagai emulsi
             Emulsi
Pengamatan
Minyak
+ Air
Minyak
+ sabun
Minyak +
Gum arab
E.Alamiah
(Susu)
E.Industri
(Margarin)
Kestabilan
Tipe emulsi
Md.terdispersi
Md.pendispersi
-
W/O
Air
Minyak
+
O/W
Minyak
Lr. sabun
+
W/O
Gum
Minyak
+
O/W
As.Lemak
Air
+
W/O
Air
Minyak
           Keterangan : ( -  ) =  tidak stabil  dan ( + ) = stabil

Pembahasan
Bobot jenis suatu larutan bergantung  pada jumlah zat yang terlarut dalam larutan tersebut. Hasil pengukuran bobot jenis menunjukkan bahwa bobot yang paling besar adalah NaCl 5% dan yang paling kecil adalah akuades dan air kran. Jika  di bandingkan dengan NaCl 0,3% dan NaCl 0,9 %,  NaCl 5 % memiliki bobot jenis yang lebih besar diantara ketiganya. Hal ini dikarenakan NaCl 5% memiliki konsentrasi yang terbesar diantara semua NaCl. Semakin besar konsentrasi senyawa suatu larutan, maka semakin besar pula berat jenis larutan tersebut, ini sesuai dengan teori yang ada. Selain itu jika akuades dan air kelapa dibandingkan bobotnya tidak sebesar NaCl karena akuades tidak mengandung zat-zat terlarut atau sangat sedikit zat terlarutnya, sehingga konsentrasi larutannya rendah. Semakin tinggi konsentrasi  zat terlarut menunjukkan bahwa jumlah zat terlarut semakin banyak, sehingga bobot jenisnya tinggi. Sebaliknya, semakin rendah konsentrasi zat terlarut menunjukkan bahwa zat terlarut sedikit, sehingga bobot jenis larutan rendah. Pengukuran bobot jenis urine dilakukan dengan menggunakan urinometer. Bobot jenis urin setiap manusia berbeda-beda. Faktor yang mempengaruhi perbedaan berat jenis urin adalah jumlah relatif air, makanan yang di konsumsi, dan zat terlarut yang tersedia untuk eksresi (McPherson & Sacher 2004). Zat terlarut dapat berupa garam-garam dan urea serta setiap konstituen yg abnormal (Brooker 2001). Bobot jenis normal urin manusia adalah  1,010-1,025 (Carpenito 2009). Kemampuan ginjal memekatkan urin yaitu dari 1,001-1,035. Urin manusia paling pekat didapatkan pada saat bangun tidur karena biasanya kekurangan air saat tidur (McPherson & Sacher 2004). Bila urin encer, maka akan berwarna pucat dan bobot jenisnya rendah dan bila urin pekat, maka akan berwarna gelap dan bobot jenisnya tinggi (Brooker 2001).
Tegangan permukaan karena karena adanya interaksi antar molekul larutan sehingga memberikan daya tolak untuk mempertahankan luas permukaan. Percobaan jumlah tetesan menunjukan tetesan yang paling banyak adalah pada minyak tanah, alkohol dan air sabun. Hal ini terjadi karena tegangan permukaan zat cair tersebut rendah sehingga jumlah tetesan yang dihasilkan tinggi. Sedangkan pada akuades dan NaCl 2% jumlah tetesan tidak terlalu banyak ini disebabkan tegangan permukaan pada akuades dan NaCl tinggi sehingga daya tolak untuk mempertahankan luas permukaan tinggi jadi jumlah tetesan yang dihasilkan larutan ini rendah, selain itu disebabkan molekul-molekul yang terdapat pada air dan NaCl berinteraksi lebih kuat yang mengakibatkan tiap tetes yang dihasilkan lebih besar, jadi jumlah tetesnya rendah. Walaupun alkohol memiliki ikatan hidrogen, namun alkohol adalah cairan yang mudah menguap, sehinggagayaantar molekulnya lemah, sedangkan sabun adalah cairan yang menurunkan tegangan permukaan zat cair. Data ini menunjukan, bahwa semakin besar tegangan permukaan suatu larutan maka semakin kuat permukaan larutan memberikan gaya tolak atas bagi benda yang ada di atasnya. Ini terbukti pada jarum yang diletakkan pada gelas arloji yang kemudian diberi cairan akuades, air sungai dan air kelapa yang terlihat mengapung. Sedangkan jika cairan di ganti dengan air sabun dan cairan empedu, jarum yang ada pada gelas arloji tenggelam, karena cairan ini bersifat emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan permukan zat cair. Namun, pada percobaan ini jarum cairan empedu terapung dan hanya pada air sabun yang tenggelam. Kemungkinan hal ini terjadi karena saat pencucian gelas arloji kurang bersih sehingga ada kemungkinan cairan empedu tercampur dengan larutan lain.
Konsistensi stabilitas emulsi ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu nisbah fasa kontinyu (yang menampung tetesan) terhadap fasa terdispersinya (tetesan) serta viskositas fasa kontinyu (Hartomo & Widiatmoko 1993). Pada percobaan emulsi minyak dan air digunakan sudan merah sebagai pewarna yang dapat berasosiasi dengan minyak namun tidak dapat berasosiasi dengan air, sehingga sifat suatu emulsi dapat ditentukan, apakah oil in water atau water in oil. Air dan minyak selamanya tidak akan bisa menyatu,   karena   adanya
Struktur kimia sudan merah
perbedaan tingkat polaritas. Air merupakan molekul yang memiliki gugus polar. Sedangkan minyak merupakan zat yang memiliki gugus non polar. Perbedaan ini menyebabkan keduanya tidak bisa menyatu, karena gugus polar hanya bisa bersatu dengan gugus polar, sedangkan gugus non polar hanya bisa bersatu dengan gugus non polar. Minyak kelapa dan air merupakan emulsi yang tidak stabil, namun ketika campuran tersebut dikocok akan menjadi stabil beberapa saat. Pada emulsi ini minyak kelapa dengan air, yang menjadi media pendispersinya adalah minyak kelapa, sedangkan air sebagai zat terdispersi. Ketikan ditambah sudanmerah, sudanmerah tercampur dengan minyak, sedangkan air tidak bias menyatu karena kepolarannya berbeda. Sudanmerah berfungsi sebagai zat warna agar dapat membedakan cairan minyak dengan air dan dapat menarik air. Emulsi diatas dinamakan emulsi tipe W/O, karena air terdispersi dalam minyak. Sedangkan pada emulsi minyak kelapa dengan air sabun membentuk emulsi yang lebih stabil Emulsi ini disebut emulsi O/W ( minyak dalam air). Hal ini karena air sabun yang sebagai zat amfipatik yang memiliki stuktur dua gugus yaitu hidofobik pada bagian ekor yang bersifat non-polar dan hidrofilik pada bagian kepalanya yang bersifat polar. Sehingga bagian non-polar akan bergabung dengan minyak yang kemudian bersama-sama bergabung dengan air (McPherson & Sacher 2004.).
Emulsi minyak kelapa dengan gum arab adalah emulsi yang lebih stabil jika dibandingkan dengan kedua emulsi diatas, karena gum arab berfungsi sebagai mengurangi tekanan permukaan (surface tension) air dan stabilizer (emulsifier), zat yang dapat menstabilkan emulsi. Gum arab dapat menjadi fosfolipida pengemulsi yang memiliki gugus hidrofilik dan hidrofobik sehingga emulsi dapat stabil (Hartomo & Widiatmoko 1993). Ketika dilihat di bawah mikroskop, molekul gum arab terdispersi merata dalam media minyak. Gum arab adalah salah satu produk getah (resin) yang dihasilkan dari penyadapan getah pada batang tumbuhan legum (polong-polongan). Pengadukan membuat ukuran partikel fasa minyak semakin kecil pada o/w sehingga dapat terdisperdi dengan baik dalam air. Begitu pula pada w/o, ukuran partikel fasa air semakin kecil sehingga dapat terdispersi dengan baik dalam minyak. Susu disebut juga sebagai emulsi alamiah, fase terdispersi dari susu adalah asam lemak dan media pendispersinya adalah air. Jadi tergolong emulsi O/W (minyak dalam air). Dalam susu terdapat zat penstabil emulsi yang berupa protein kasein. Jika mengalami denaturasi maka emulsi ini akan terlihat tidak stabil, dapat dibedakan minyak dan airnya, keadaan ini yang disebut dengan susu pecah. Contoh lain dari emulsi alamiah adalah santan dan lateks. Di samping emulsi alamiah terdapat pula emulsi industri. Contoh dari emulsi industri yaitu margarin, dan minyak bumi. Fase terdispersi pada margarin adalah air dan media pendispersinya adalah minyak, sehingga dinamakan tipe emulsi W/O.

Simpulan
Bobot jenis setiap larutan berbeda-beda dan bergantung jumlah zat yang terlarut dalam larutan tersebut. Semakin besar konsentrasi senyawa suatu larutan menyebabkan semakin besar pula berat jenis larutan tersebut. Tegangan permukaan berbagai larutan juga berbeda-beda, tergantung pada konsentrasi zat terlarut didalamnya. Semakin besar tegangan permukaan suatu larutan maka semakin kuat permukaan larutan memberikan gaya tolak atas bagi benda yang ada di atasnya. Sifat emulsi terdiri dari dua macam, yaitu oil in water (O\W) dengan minyak sebagai medium terdispersi dan air sebagai medium pendispersi, dan water in oil (W\O) dengan air sebagai medium terdispersi dan minyak sebagai medium pendispersi.





Daftar Pustaka

Brooker C. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Hartono A, Nutr DA, penerjemah; Ester M, editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: The Nurse’s Pocket Dictionary. Ed ke-31.
Carpenito LG. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis. Kadar KS, Eviriyani D, Yudha EK, Ester M, penerjemah; Mardella EA, Issuryanti M, editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Nursing Diagnosis: Aplication to Clinical Practice. Ed ke-9.
Hartomo AJ, Widiatmoko MC. 1993. Emulsi dan Pangan Instan Ber-lesitin. Yogyakarta (ID): ANDI OFFSET.
McPherson RA, Sacher RA. 2004. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Pendit BU, Wulandari D, penerjemah; Hartanto H, editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Widmann’s Clinical Interpretation of Laboratory Tesis. Ed ke-11.
Young D, et al. 2002. Fisika Universitas. Penerjemah: Endang. Tejemahan dari: Sears and Zemanshy Univenty Physics.