Cari Blog Ini

Laman

Rabu, 20 Februari 2013


BioSel [Fwd: Solusi banjir mengikuti hukum alam]

Solusi banjir jakarta sebedanrnya ga perlu susah2 amat,
dan juga tidak harus terlalu istimewa dengan biaya mahal, seperti membuat
deep tunnel maupun giant sea defence,
pertama, mengikuti hukum alam 'kekekalan massa' yang dirumuskan dengan
persamaan kontinuitas:  input massa = output massa + perubahan massa
tersimpan (untuk suatu sistem hidrologi yang dibatasi sebagai 'drainage
area').  input massanya air hujan dan outputnya limpasan atau runoff
yang mengalir ke sungai dan akhrnya ke laut.
berapa besar input hujan setiap terjadinya:  ukurannya 1 mm hujan per
luasan 1 meter persegi = volume air satu liter, dan kalau luasannya 1 km2
akan sama dengan 1000 (seribu) meter kubik.  mulai senin 14 Jan sampai 17
Jan yl hujan sebenarnya hanya 95 mm/24jam.  sebenarnya ini bukan hujan
yang besar2 amat.  tapi coba hitung volume air yang dihasilkan dalam
sehari sebagai input untuk Jakarta (661 km2) ataupun untuk Ciliwung (340
km2 sampai sta manggarai).  untuk mudahnya, hitung untuk hujan 100
mm/24jam saja (ini pasti terjadi setiap tahun untuk wilayah jabodetabek),
maka untuk jakarta dihasilkan volume air per hari 661 ribu m3 dan untuk
ciliwung 340 ribu m3).  dengan kondisi tutupan lahan urban jakarta saat
ini, lebih dari 90% (praktis 100%) air hujan ini melimpas di permukaan,
dan karena kondisi yang relatif datar, debit output << debit input,
sehingga volume air yang menggenang relatif besar yang menyebabkan
genangan banjir.  Saya perkirakan, volume genangan banjir ini lebih dari
50% dari input hujan.  Singkatnya, sebagai solusi sederhana untuk
mengatasi banjir ini diperlukan tempat parkir air hujan dalam kawasan
drainage area untuk menampung perubahan simpanan air selama hujan terjadi
(24 jam!).  artinya untuk setiap km2 drainage area diperlukan  rerata
kolam tampung air/polder sebesar 500 m3.  jadi untuk jakarta saja
diperlukan sekitar 661 polder ukuran 500 m3.

di mana polder demikian bisa diperoleh?

convensional, polder ini bisa dibuat dipermukaan tanah, ya seperti yang
saat ini di jakarta bisa dilihat seperti waduk melati, sunter, pluit, dsb.
 tapi dengan perkembangan kota, polder untuk parkir air ini bisa dibuat di
bawah permukaan.  yang terjadi kemarin (17-18 jan) air limpasan dari KBB
yang bobol ke Thamrin, masuk ke basement UOB Plaza.  memang tragedi,
karena telah memakan korban,  namun sebenarnya, basement parkir di banyak
gedung komersial yang volumenya lumayan besar kalau disesuaikan
rancangannya, dapat dijadikan 'polder' air banjir, tentunya dengan
pengaturan/management yang dilengkapi early warning system.  sehingga air
berlebih saat hujan ini tidak sampai menggenangi jalan2.  juga sistem
polder demikian bisaberupa jaringan yang dilengkapi dengan sistem pompa.
tentunya polder underground ini juga dapat dirancang khusus, seperti yang
dilakukan di japan (Tokyo, Osaka, Nagoya, dan Kyoto).  Underground storage
untuk urban drainagbe water ini ada di bawah taman kota, lapangan basket,
jalan raya, dan juga gedung2.  saat tidak banjir, basement ini juga
digunakan untuk penggunaan lain, seperti parkir.

sepertinya ide ini menyederhanakan, tapi memang solusi banjir jakarta
sebenarnya sederhana.  jadi ga perlu menunggu dewa Zeus jadi gubernur jkt,
karena memang bukan kompetensinya juga.

hal lain yang saya amati dari banjir jakarta ini sebenarnya sederhana.
maksudnya banyak genangan yang menyebabkan kemacetan kedalamannya hanya
beberapa cm saja, sampai 20-30 cm, dan yang lebih dari 1m tercatat hanya
80 titik untuk kejadian banjir beberapa hari ini.  artinyahanya perlu
sekitar 80 polder yang volumenya cukup besar, katakanlah volumenya >1000
m3, malah sampai 10an ribu m3.  polder demikian sebenarnya ga gede2 amat,
karena kalau dialokasikan lahan 1ha (10000m2), kalau rerata kedalamannya
5m saja, volume tampung nya sudah 50rb m3.

pertanyaannya, pengapa sampai saat ini ga dikerjakan solusi sederhana
demikian.  Ini karena biasanya orang Indo sukanya berfikir yang muluk2, ya
itu seperti deep tunnel dan giant sea defence.

From:    "Hidayat Pawitan, Ph.D." <hpawitan@ipb.ac.id>
Date:    Sat, January 19, 2013 16:42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar