Praktikum ke-10 Hari/tanggal : Senin, 29 April 2013
MK Sosiologi Umum (KPM 130) Ruangan : 2.13
SISTEM STATUS
DAN PELAPISAN MASYARAKAT SISTEM STATUS YANG BERUBAH
Runtuhnya
Sistem Status Kolonial dalam Abad Kedua Puluh
W. F. Wertheim
SITUASI SOSIAL
DUA KOMUNITAS DESA DI SULAWESI SELATAN
Mochtar
Buchori dan Wiladi Budiharga
Iis Setiana/G34120092
Asisten : 1. Bernardine Anita W. / F24090072
2. Pamila Adhi Annisa / I14100064
Resume Bacaan 1
Sistem status bersendikan kelompok-kelompok
suku bangsa, yang telah menyerahkan perdagangan kepada orang Timur Asing, tidak
mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap pola kemasyarakatan sebagaimana
keadaannya di Jawa. Kemakmuran kebendaan yang dicapai oleh banyak petani dan
pedagang telah menyebabkan masyarakat berjuang untuk memperoleh suatu prestise
sosial yang sama dengan yang dimiliki ketua adat dan menuntut mereka memopunyai
hak kawin (ius connubii) dengan ketua-ketua adat. Keresahan di daerah
petani bukan hanya pengaruh dari kemiskinan sebagai petani sebagai akibat
dimobilisasikannya hak milik tanah, tetapi juga disebabkan karena perlawanan
yang dilakukan para petani yang baru saja menjadi kaya terhadap struktur
tradisional. Pemerintah biasanya bertindak bukan hanya sebagai pelindung dari
kekuasaan tradisional para ketua adat, tetapi juga dari perkebunan-perkebunan
barat. Selain dari ukuran keagamaan, kesejahteraan materi merupakan ukuran
utama dalam menentukan prestise kemasyarakatan, lebih-lebih di daerah adat.
Pendidikan juga mempunyai pengaruh dinamis si pulau-pulau luar Jawa, walaupun
tidak sehebat di Jawa.
Bertambah meluasnya ekonomi uang dengan
meningkatnya hubungan dengan Barat telah menyebabkan timbulnya lapangan
pekerjaan baru. Kelas bumiputera yang baru mendobrak susunan masyarakat
tradisional lama dan melakukan pengaruh yang bersifat individual. Namun di
Jawa, pengaruh faktor ini seluruhnya terlindung oleh cara tradisional
masyarakat. Pendidikan mempunyai pengaruh pula terhadap prestise
kemasyarakatan, terutama kewibawaan orang tua. Pendidikan telah menciptakan
suatu kelas baru kaum cendekiawan atau setengah yang menduduki posisi khusus
dalam masyarakat dengan pengakuan resmi berupa ijazah. Pengetahuan bahasa juga
telah terlibat dalam penentuan prestise kemasyarakatan. Tetapi kendatipun demikian, usaha memburu ijasah juga membuat orang
menjadi individualistis. Pendidikan juga telah bertindak sebagai dinamit
terhadap sistem kasta kolonial. Persaingan tang semakin hebat dalam masyarakat
menyebabkan para anggita kaum borjuis mempersatukan barisan untuk mencapai
solidaritas kelompok.
Di pihak lain, di kalangan orang-orang
Indonesia terdapat kecenderungan yang lebih besar untuk mengadakan persatuan
dengan kesadaran bangsa yang semakin meningkat. Kaum wanita dan pemuda sering
dapat meraih prestise sosial untuk diri mereka yang pada hakekatnya brtentangan
dengan gagasan Indonesia tradisional. Orang
Cina juga tidak lagi memegang monopoli dalam perdagangan. Banyak orang-orang
Cina yang menurun derajat. Mereka mencari keselamatan diri dengan mengadakan
solidaritas yang lebih kuat. Kedudukan istimewa orang Eropa dan Cina
sebagaimana halnya dengan kaum bangsawan menjadi amat kurang stabil. Terdapat
kecenderungan yang kuat ke arah sistem nilai baru berdasarkan kemakmuran
individu dan kemampuan intelektual seseorang, tetapi pada umumnya masih
ditahan, baik oleh sisa-sisa struktur feodal maupun kolonial.
Resume
Bacaan 2
Terdapat tiga lapisan pokok dalam masyarakat di
Desa Maricaya Selatan yaitu pertama, golongan penjabat dan kelompok profesional
yang menduduki lapisan atas. Kedua, golongan ulama, pegawai dan pedagang yang
menduduki lapisan menengah. Ketiga, golongan buruh yang menduduki lapisan
bawah. Dilihat dari segi ekonominya, lapisan atas merupakan lapisan berekonomi
mampu, lapisan menengah merupakan lapisan ekonomi menengah, dan lapisan bawah
merupakan lapisan ekonomi miskin. Dilihat dari latar belakang pendidikan,
lapisan atas merupakan kelompok homogen. Anak-anak yang tidak bersekolah atau
tidak tamat SD kemungkinan anak dari lapisan bawah. Anak-anak yang lulus SD dan
tidak meneruskan ke SLTP kemungkinan besar anak-anak dari para buruh dan
pedagang kecil di lapisan menengah. Sedang anak-anak yang lulus SLTA dan
meneruskan ke perguruan tinggi adalah anak-anak dari lapisan atas. Masyarakat
lapisan atas mempunyai TV masing-masing keluarga, pada lapisan sedang ada yang
memiliki dan ada yang tidak, sedangkan lapisan bawah tidak ada keluarga yang
memiliki TV. Mayoritas penduduk Marica Selatan beragama Islam, sisanya
Protestan, Katolik, Hindu dan Budha.
Dalam masyarakat Polewali juga terlihat adanya
tiga lapisan masyarakat, yaitu pertama, lapisan atas yang terdiri dari ulama,
pemangku adat dan pejabat. Kedua, lapisan menegah yang terdiri atas kaum
pedagang, dan ketiga, lapisan bawah yang terdiri atas kaum buruh. Dilihat dari
ekonomi, lapisan atas merupakan lapisan orang kaya, lapisan menengah merupakan
golongan sedang, sedangkan lapisan bawah merupakan golongan miskin. Berdasarkan
kekuasaan, kekuasaan ekonomi berada di tangan orang Bugis, politik di tangan
orang Makassar, kepemimpinan dalam keagamaan dipegang oleh orang Bugis dan
Makassar. Masyarakat lapisan atas mengikuti gaya hidup "modern"
dengan kesan yang mewah, sedangkan lapisan menengah mengikuti gaya hidup
sederhana. Bagi masyarakat lapisan masyarakat atas, haji merupakan suatu
atribut keagamaan yang harus mereka beli untuk meningkatkan martabat sosial.
Pada taraf perkembangan sekarang ini, masyarakat Polewali tampak sebagai suatu
masyarakat yang lebih bersifat inward looking. Koran dan TV hanya dimiliki
lapisan atas yang mengumpulkan simbol-simbol kemewahan "simbol-simbol
modernitas".
Analisis
Bacaan 1
- Dasar stratifikasi sosial
Point analisis
|
Penjelasan
dan contoh
|
|
Dasar stratifikasi sosial
|
Ukuran kekayaan
|
Berdasarkan pendapatan, pendapatan
orang Eropa tertinggi, pendapatan
orang Cina ditengah-tengah dan pendapatan orang
Indonesia paling rendah.
|
|
Ukuran kekuasaan
|
Orang
Eropa menguasai pemerintahan dan orang Cina menguasai perdagangan.
pada
saat penjajahan,
Orang Belanda mempunyai kekuasaan untuk memonopoli
perdagangan di lanjutkan oleh orang Cina, Arab dan Indo.
|
|
Ukuran kehormatan
|
Para
pemuka adat, pemimpin agama, orang
tua yang anaknya memperoleh pendidikan yang tinggi, serta cendekiawan merupakan lapisan atas.
Anak-anak para pemuka adat dan golongan atas
mendapat
kesempatan secara besar-besaran memperoleh fasilitas pendidikan
|
|
Ukuran ilmu-pengetahuan
|
Kaum
cendekiawan yang memperoleh pendidikan merupakan lapisan tertinggi dalam
masyarakat.
Orang-orang yang mendapatkan pendidikan dengan cara barat
berkumpul dan mendapat pekerjaan di Jawa, orang yang memiliki keahlian baca
tulis dapat menerima pendapatan yang relatif tinggi, orang pribumi yang mahir
bahasa Belanda dijadikan tenaga administrasi pemerintah belanda.
|
Mobilitas
sosial
|
1.Mobilitasosial horizontal
|
1.
Dimasukannya sejumlah kecil orang yang
bekerja untuk pedagang lain ke dalam golongan yang lebih besar, yaitu orang
yang bekerja di perdagangan, industri dan pengangkutan.
2.
Adanya
perubahan status orang pribumi dari petani menjadi pedagang.
|
2. Mobilitas sosial vertikal
a.
Vertikal naik
(social climbing)
b. Vertikal turun (social sinking)
|
1.
Diangkatnya orang-orang Indonesia
menjadi pejabat yang tadinya merupakan hak istimewa orang Eropa.
2.
Para petani yang
awalnya miskin baru saja menjadi kaya terhadap struktur tradisional.
3.
Para
cendekiawan dan aristokrat membentuk suatu kelas 'priyayi baru yang akan
menjadi lapisan tertinggi dalam masyarakat, orang yang memliki tingkat
pendidikan yang lebih tinggi dalam masyarakat sehingga status sosialnya naik.
1. Melemahnya golongan Eropa dan menurunnya derajat orang
Cina ke tingkat proleter.
2. Orang–orang cina yang awalnya
memonopoli perdangan sekarang terdesak oleh orang eropa dan tidak menguasai
perdagangan lagi.
|
Analisis
Bacaan 2
Point
analisis
|
Keterangan
|
Contoh
|
|
Desa
Maricaya Selatan
|
Desa
Polewali (semi urban)
|
||
Dasar stratifikasi sosoal
|
Ukuran kekayaan
|
Adanya
lapisan berekonomi mampu (lapisan atas), lapisan ekonomi menengah (lapisan
menengah), dan lapisan ekonomi miskin (lapisan bawah).
|
Adanya
masyarakat golongan orang kaya (lapisan atas), golongan sedang (lapisan
menengah), dan golongan miskin (lapisan bawah).
|
|
Ukuran kekuasaan
|
Masyarakat
yang memilki kekayaan cenderung mempunyai kekuasaan yang lebih besar
akibatnya masyarat golongan atas mempunyai kekuasaan yang lebih besar.
|
Kekuasaan ekonomi berada di tangan orang Bugis, politik di
tangan orang Makassar, dan kepemimpinan dalam keagamaan dipegang oleh orang
Bugis dan Makassar.
|
|
Ukuran kehormatan
|
Orang
yang mendapat pendidikan dan gelar akan lebih di hormati.
|
Orang
yang mempunyai barang-barang mewah yang di gunakan sebagai aspek simbolik
akan lebih di hargai.
|
|
Ukuran ilmu pengetahuan
|
Anak-anak
yang tidak bersekolah atau tidak tamat SD kemungkinan anak dari lapisan bawah.
Anak-anak yang lulus SD dan tidak meneruskan ke SLTP kemungkinan besar
anak-anak dari para buruh dan pedagang kecil di lapisan menengah. Sedang
anak-anak yang lulus SLTA dan meneruskan ke perguruan tinggi adalah anak-anak
dari lapisan atas.
|
pendidikan
dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan tempat terhormat dalam kehidupan.
|
Mobilitas
sosial
|
Dalam bacaan tidak di jelaskan secara langsung mobilitas yang terjadi. Namun jika
dilihat dari komunitas Maciraya Selatan, golongan mayoritas mencoba menerobos
dinding antar golongan sehingga terbentuk pola pergaulan akrab dengan
golongan minoritas. Dan juga mereka melakukan pergaulan sosial yang bersifat
antar golongan sehingga hal ini bisa menimbulkan mobilitas vertikal.
Komunitas Polewali sendiri, dilihat dari segi pendidikannya, masyarakat sadar
akan pentingnya pendidikan agar mendapatkan tempat terhormat dalam kehidupan
mereka di kemudian hari. Hali ini bisa menimbulkan mobilitas vertikal ke
atas. Golongan menengah yang memperoleh pendidikan dan gelar
mungkin berubah statunya menjadi golongan atas. Masyarakat golongan atas yang berfoya
–foya mungkin akan jatuh miskin dan menempati posisi bawah.
|