MK. Sosiologi
Umum (KPM 130) Hari
& Tanggal : Senin, 22 April 2013
Praktikum Ke: 9 Ruangan : RK CCR 2.07
“SITUASI SOSIAL
DUA KOMUNITAS DESA DI SULAWESI SELATAN”
Dena Santa Prasasti (B04120001)
Asisten:
Kasfy Allama (I34100107)
Intisari bacaan 2
Komunitas Maricaya
Selatan terdiri dari 3 lapisan yang terdiri dari beberapa golongan. Tiga
lapisan masyarakat yakni lapisan ekonomi mampu
dan lapisan atas yang terdiri dari golongan pejabat dan kelompok
profesional (10%), lapisan ekonomi menengah dan lapisan sedang yang teridiri
dari golongan alim ulama, pegawai, dan pedagang (60%), dan lapisan ekonomi
miskin serta lapisan bawah yang terdiri dari golongan buruh (30%).
Masyarakat Maricaya
Selatan memandang pendidikan sebagai sesuatu yang penting dalam kehidupan
mereka. Minat membaca juga cukup besar di kalangan masyarakat. Para golongan
atas dan menengah memiliki perpustakaan pribadi, sebagai memupuk pengetahuan serta untuk menimbulkan
kesan bahwa pemiliknya seorang terpelajar. Mayoritas penduduk juga Islam (75.6%) dan
Protestan (20%) sisanya Hindhu dan Budha.
Komunitas Desa Polewali
terdiri dari kedudukan pemangku adat yang dipegang oleh seorang Bugis,
sedangkan alim ulama ada ditangan orang Bugis dan orang Mandar. Kelompok
pejabat dan pegawai terdiri dari orang Mandar dan Toraja. Secara ekonomi, dapat diklasifikasikan masyarakat “kaya”
(35%) terdiri dari pemangku ilama dan pejabat, “sedang” (55%) terdiri dari para
pegawai dan pedagang, dan “miskin” terdiri buruh(10%).
Terdapat perbedaan
cukum mencolok dalam gaya hidup golongan tersebut. Para masyarakat “kaya” ,
pemangku ulama, hidup lebih lugas, sehingga mereka berhasil menyelesaikan
tingkat pendidikan yang tinggi. Di kalangan masyarakat “kaya” pejabat gaya
hidup mereka terkesan mewah dan mengikuti gaya hidup remaja di kota besar. Sedangkan di kelas “sedang” lebih sederhana.
Namun pendidikan dalam masyarakat ini adalah hal yang mereka junjung tinggi.
Analisis bacaan 2
1.Diagram stratifikasi masyarakat Maricaya Selatan
Miskin
lapisan bawah
|
30%
|
Pejabat dan kelompok profesional
|
10 %
|
Lapisan
atas dan kaya
|
Buruh
|
Ekonomi
menengah
|
60%
|
Alim ulama,
pegawai, pedagan
|
Ulama pemangku
adat, pejabat
|
10%
|
Buruh
|
55%
|
Lapisan
atas dan kaya
|
Miskin
lapisan bawah
|
Ekonomi
menengah
|
Pedagang
|
35%
|
2. Dalam bacaan “Situasi Sosial Dua Komunitas Desa di Sulawesi Selatan”
tidak di jelaskan secara langsung mobilitas yang terjadi. Namun jika dilihat
dari komunitas Maciraya Selatan, golongan mayoritas mencoba menerobos dinding
antar golongan sehingga terbentuk pola pergaulan akrab dengan golongan
minoritas. Dan juga mereka melakukan pergaulan sosial yang bersifat antar
golongan sehingga hal ini bisa menimbulkan mobilitas vertikal. Komunitas
Polewali sendiri, dilihat dari segi pendidikannya, masyarakat sadar akan
pentingnya pendidikan agar mendapatkan tempat terhormat dalam kehidupan mereka
di kemudian hari. Hali ini bisa menimbulkan mobilitas vertikal ke atas.
3. Masyarakat tanpa stratifikasi tidak mungkin terjadi, karena dalam
masyarakat pasti slalu ada perbedaan,
dari perbedaan tersebut, sebagai contoh sederhana, bagi yang memiliki
sesuatu yang berharga lebih banyak, maka dianggap oleh yang lain berkedudukan
dalam lapisan atas dan begitu pula sebaliknya. Sehingga stratifikasi sosial
slalu menyertai suatu masyarakat, baik yang modern maupun tradisional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar